berdasarkan lukisan Abraham Salm dengan pemandangan desa dan latar belakang Gunung Semeru (1865-1872) |
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15,
pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing
dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau
Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma
menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan
badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau
yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat
gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas.
Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung
Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan
jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur.
Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih
tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari
gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini
membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung
Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa
Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru,
Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan
sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak
masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai
tempat kediaman Dewata, Hyang, dan mahluk halus.
Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.
info dari : http://id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Dikomen Jika Bermanfaat